Tagged with #30postingdibulanJuli

#14 – kembali

Aku tidak tahu apa nama keren untuk fenomena ini. Aku hanya tahu, aku pernah mengalaminya. Pernahkah kamu melihat sesuatu lalu tetiba mengingat seseorang, atau hanya karena membaui wewangian tertentu, atau hanya karena melewati waktu tertentu? Aku pernah. Ralat, maksudku sering. Misalnya kamu pernah menyusuri jalan tertentu, berjalan kaki bermilmil jauhnya, dengan seseorang. Lalu kamu pernah dengan … Continue reading

#13 – waktuku.waktumu

Bicara soal waktu, bagiku detik, menit dan jam itu telah mati ketika kau hidup. Kaulah yang menciptakannya lagi. Di tanganmu, waktu menjadi begitu lentur. Jarak waktu yang kau sebut lama dan sebentar menjadi sangat relatif. Lamaku dan lamamu adalah hal yang tidak akan pernah sama. Kau seringkali mengeluh soal detik yang terlalu cepat berlalu. Lagilagi, … Continue reading

#12 – menemukan cinta lagi

Kamu tahu, lelaki itu selalu berdiri dengan kapalnya di sana. Menunggu entah apa dan siapa, mungkin cinta dan kamu. Sementara kamu tetap bermain ke sana kemari di darmaganya, berlarilari kecil di waktu senja sambil sesekali melirik dia yang berdiri di sana. Menyapanya sebentar, lalu meninggalkannya pergi (lagi). Mungkin, bagimu cinta itu seperti udara, yang bisa dihirup dan dihembuskan oleh … Continue reading

#11 – Proses

Di luar sepi. Malam hari. Sejak sore, sudah berjamjam mereka lewati, mereka terus berbincang seolah menguasai kedai kopi bersofa empuk itu. Seperti sahabat lama yang akhirnya dipertemukan waktu. Terlihat begitu nyaman, cara mereka duduk, cara mereka saling bertukar pandang, cara mereka melontarkan bahasan. Kalau saya ada di sana, pasti sudah beberapa kali terdengar ”klik”, saya abadikan pertemuan … Continue reading

#10 – hampa

“Jangan berprasangka. Selama kamu pergi, aku baikbaik saja.” “Oh ya? Baguslah. Setidaknya aku tidak perlu merasa bersalah sudah beranjak dari tempatmu waktu itu.” “Err…aku cuma merasa, ehm.. hampa.” Aku mengambil dengan segera cangkir teh yang ada di depanku. Meniupniup asap yang mengepul dari atas cangkirnya. Tidak mau terlarut lagi dalam pembicaraan sentimentil denganmu. Purapura tidak … Continue reading

#09 – rindu

Aku #rindu kamu, hey sosok asing yang belum saja bertemu Otakku kesemutan #rindu. Kesetrum pelanpelan. Terusterusan. Sudah kubakar #rindu jadi abu. Lalu tabung #rindu itu menjelma kamu. Abunya jadi gincu. #rindu itu serupa racun yang kau candu. Menyakitkan namun terus kau nikmati aromanya. #rindu itu bibit. Kau suburkan hingga ia tumbuh dewasa. Lamalama membuatku sesak, tanpa daya. #rindu itu … Continue reading